Sahabat ID (Inovasi Dakwah)
Orang yang berwibawa akan tampak dari sifat dan cara dia berbicara. Seperti seorang atasan atau bos yang dapat menjaga kewibawaannya. Dengan tidak terlihat sangat lucu dan tidak banyak tertawa di depan orang-orang dapat membuatnya terlihat lebih berwibawa. Banyak tertawa dapat menurunkan derajat dan kewibawaan seseorang.
Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu berkata,
قال عمر رضي الله عنه: من كثر ضحكه قلت هيبته ومن كثر مزاحه استخف
“Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit wibawanya. Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.” – (HR. Baihaqii dalam Kitab Syu’abul ‘imaan no: 5019)
Disini kita bukan melarang untuk bercanda maupun tertawa. Bercanda dan tertawa boleh-boleh saja, asalkan jangan lakukan hal itu secara berlebihan. Gunakanlah kebercandaan untuk mencairkan suasana yang terlalu tegang.
Al-Mawardi rahimahullah pernah berkata,
وَأَمَّا الضَّحِكُ فَإِنَّ اعْتِيَادَهُ شَاغِلٌ عَنْ النَّظَرِ فِي الْأُمُورِ الْمُهِمَّةِ ، مُذْهِلٌ عَنْ الْفِكْرِ فِي النَّوَائِبِ الْمُلِمَّةِ.
وَلَيْسَ لِمَنْ أَكْثَرَ مِنْهُ هَيْبَةٌ وَلَا وَقَارٌ، وَلَا لِمَنْ وُصِمَ بِهِ خَطَرٌ وَلَا مِقْدَارٌ.
“Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya dan terlalu banyak tertawa, maka hal itu akan melalaikan dan melupakannya dari melihat hal-hal yang penting. Dan orang yang banyak melakukannya, tidak akan memiliki wibawa dan kehormatan. Dan orang yang terkenal dengan hal itu tidak akan memiliki kedudukan dan martabat.” – (Adabud-Dunya wad-Din hal.313, Dar Maktabah Al-Hayat, 1986 M, syamilah)
Pemimpin yang terlalu sering tertawa terbahak-bahak akan terlihat aneh dilihat oleh anak buahnya, hal ini membuat seorang pemimpin itu terkesan tidak serius dan menganggap sepele suatu hal. Mari kita contoh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang hanya tersenyum ketika melihat sesuatu yang lucu. Hal ini juga menunjukan bahwa kita lupa akan akhirat karena sering tertawa terbahak-bahak.
Dari Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa dia berkata,
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْتَجْمِعًا ضَاحِكًا حَتَّى أَرَى مِنْهُ لَهَوَاتِهِ إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ
“Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, beliau biasanya hanya tersenyum.” – (HR. Al-Bukhari no. 6092 dan Muslim no. 1497)
Oleh sebab itu sebaiknya kita harus bisa menjaga kewibawaan dengan cara tidak terlalu sering tertawa, apalagi ngakak-ngakak gak jelas, agar derajat kita tidak jatuh di mata orang lain.
